Meski terdengar seperti film fiksi ilmiah, Chris mengaku fenomena tersebut memang tengah terjadi di zaman sekarang. Seperti diwartakan sebelumnya, ia mengungkap teknologi memiliki fase 'kehidupan'. Di era 1980-an, Personal Computer (PC) muncul. Menjelang awal 1990-an, adopsi internet mulai menyebar. Pengguna "early adopter" memanfaatkan akses internet untuk mengakses lebih banyak informasi.
Fase berikutnya berlangsung pada 1990-2015. Fase ini adalah fase di mana pengakses teknologi mengatur informasi dari internet dan membuatnya bisa diakses secara global dan berharga secara universal. Dengan demikian, hadirlah smartphone, perangkat yang menawarkan akses lebih cepat dan mudah, serta mendekatkan penggunanya.
Di 2010, ada fase ketiga yang berperan penting dalam proses penggabungan teknologi dengan manusia. "Era ini merepresentasikan pendewasaan situs web. Mesin pencarian menjadi lebih pintar, penetrasi smartphone semakin meluas, konektivitas lebih cepat dan unggul di banyak wilayah dunia," ujar Chris.
"Pada fase ini juga, terjadi perkembangan machine learning yang dramatis. Di sini, manusia tak hanya mengatur akses informasi, tetapi juga mengekstrak arti baru dari perluasan teknologi itu sendiri, mereka terbiasa dengan sistem operasi, perangkat pintar, Internet of Things, kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) dan asisten virtual," sambungnya.
Pada 2020, fase baru muncul di mana perluasan teknologi menjadi manifestasi ide yang memiliki dampak besar. Pada fase ini, kecerdasan buatan dan deep learning menjadi lebih baik, teknologi mulai 'mengerti' apa yang manusia inginkan baik secara konteks. "Asisten virtual, chatbot, akan lebih mengambil peran pada fase ini. Pengakses teknologi disini akan mengantisipasi dampak yang terjadi, mereka harus terbiasa dengan penggunaan asisten virtual dan chatbot," tambah Chris.
Fase yang diklaim Chris sebagai fase akhir dari proses penggabungan teknologi dan manusia akan terjadi pada periode 2030-20150. Pada fase tersebut, kecerdasan buatan mengubah cara manusia dalam beraktivitas sehari-hari. Kecerdasan buatan juga akan memiliki akal seperti manusia, ia bisa bekerja dengan otak manusia.
"Akan banyak penemuan-penemuan inovasi teknologi berbasis kecerdasan buatan. Perannya akan lebih besar. Mereka bisa menyatu dengan jiwa dan raga manusia. Bahkan manusia nanti bisa mengunggah pikirannya ke cloud, masih banyak lagi. Dengan demikian, pengalaman manusia meningkat ke tahap selanjutnya," pungkasnya. (Liputan6.com)